Zulfikri Sulemen

Sjahrir si Buiten het gareel

Sudah umum diketahui, dilihat dari cara berpikir, bersikap dan perilakunya, Sjahrir oleh
kawan-kawan akrabnya, termasuk para pengeritiknya, seringkali dianggap kebarat-baratan
atau kebelanda-belandaan. Hal ini diakui sendiri oleh Sjahrir. Pelajaran apa yang dapat kita
petik dari hal ini?

Romo Mangunwijaya memberikan testimoninya dalam buku Mengenang Sjahrir oleh
Rosihan Anwar (editor). Tentang ‘archetype’ Sjahrir, Romo Mangun menggunakan istilah
Belanda buiten het gareel untuk menjelaskan salah satu citra dasar Sjahrir ini. Katanya, setiap
orang dengan kepribadian yang keluar dari jalur kelaziman masa itu bisa dikenai tuduhan
semacam itu. Romo Mangun menyebut contoh Kartini dan Sjahrir. Khusus tentang Sjahrir,
kata Romo Mangun, Sjahrir adalah contoh ikonik pemimpin yang sudah mampu
melentingkan diri dari emosi dasar yang masih dianut banyak pemimpin di masa itu:
kesukuan, kedaerahan, budaya lokal, agama dan kejayaan masa silam, bahkan bangsa. Bagi
Sjahrir, semua ikatan lama tersebut adalah masa silam yang harus ditinggalkan. Sebaliknya,
bangsa Indonesia harus menapak masa depan yang harus sama sekali baru dan berkualitas
lebih tinggi: kebebasan, kemanusiaan, kedaulatan rakyat, persamaan dan keadilan.

“Kebangsaan kita hanya satu roman dari pembaktian kita kepada kemausiaan”, kata Sjahrir
dalam manifestonya yang terkenal, Indonesische Overpeinzingen (Perdjoeangan Kita, yang
diterbitkan bulan Oktober 1945.

Artinya, bagi Sjahrir, setelah merdeka, kemanusiaan (humanity) adalah arah yang harus dituju
dalam perjalanan panjang pembangunan bangsa Indonesia. Ini adalah nilai universal yang
menuntut setiap elemen bangsa untuk membuka pikirannya dan meninggalkan cara-cara
berpikir lama. Dalam konteks politik sekarang, di mana politik identitas tetap menghantui
pelaksanaan Pilpres 2024, gagasan Sjahrir di atas tetap relevan untuk diteladani.

Kesimpulan, memiliki cara berpikir dan kepribadian yang keluar dari kelaziman adalah bagus
sepanjang itu dimaksudkan untuk mewujudkan tatanan kehidupan bersama yang lebih baik,
yaitu tatanan kehidupan yang mengusung nilai-nilai universal. Masa depan bangsa Indonesia
yang lebih baik menuntut kaum muda dan calon pemimpin untuk berani keluar dari
kebiasaan/kepribadian tradisional/usang yang telah membelenggu jiwa mereka selama ini,
khususnya yang berkaitan dengan politik identitas.

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *