Social climbers

Zulfikri Suleman

Dosen Fisip Unsri

Siapakah social climbers itu? Secara harfiah artinya adalah para pemanjat sosial. Maksudnya,
istilah ini merujuk ke seseorang yang memaksakan diri untuk bersikap dan berperilaku
sedemikian rupa dengan harapan muncul pengakuan dari orang banyak bahwa ia adalah
orang yang keren/hebat. Dengan demikian, ‘memaksakan diri’ dan ‘harapan akan pengakuan’
adalah ciri utama dari social climbers ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menyaksikan banyak sekali orang-orang yang bertindak
memaksakan diri demi pengakuan seperti ini. Ada karyawan perusahaan yang berpura-pura
sibuk demi anggapan sebagai karyawan yang baik tanpa diikuti dengan peningkatan kinerja
dan produktivitas. Ada pengusaha biasa tapi memaksakan diri berumah di perumahan elit dan
memiliki beberapa mobil pilihan hanya karena ingin dianggap sebagai pengusaha yang
bonafid. Ada juga pejabat rendahan yang di lingkungan tempat tinggalnya bersikap jaim dan
menyebut dirinya ‘bapak’ ketika berbicara dengan anak buahnya atau dengan orang lain yang
lebih muda, hanya karena ingin dianggap sebagai pejabat penting dan berwibawa.
Ingin dianggap sosialita? Aktiflah berorganisasi, menjadi donatur sosial dan bergaul dekat
dengan ibu-ibu pejabat dan wanita karir. Ingin disebut kaum agamawan yang meyakinkan?
Berpenampilanlah dengan pakaian dan simbol-simbol yang sesuai dengan itu. Sebagian para
wakil rakyat juga seringkali terlihat berlebihan di mata rakyat yang diwakilinya:
menggunakan mobil bagus, berkaca mata hitam dari merk terkenal, berbicara dengan rakyat
pakai bahasa pejabat lengkap dengan seorang ajudan bergaya bodyguard di sebelahnya.
Kalau harus mengeluarkan biaya besar untuk kepura-puraan itu, itu soal lain. Mereka, tokh
bisa mendapatkan uang dari berbagai macam sumber.
Social climbers merupakan fenomena yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bersama kita
sekarang ini, terlepas dari manfaat dan mudharat yang terkandung di dalamnya.